Saturday, February 12, 2011

TROTOAR UNTUK SIAPA?

Hari ini berangkat dan pulang ngajar sendiri, para pengantar yang biasanya siap kebetulan sibuk sendiri-sendiri. Jadilah aku berangkat lebih awal, tau kan ritmenya angkutan kota, kalo gak ngetem ya paling jalannya pelan banget. Okelah, tak masalah paling Cuma waktu tidur siangnya aja yang sedikit tersita hihihihihi…..

Enaknya naik bis atau mobil angkot ya? Kalo bis sebenernya cuma sekali jalan tapi kudu berangkat sejam sebelumnya, padahal aku cuma punya waktu 45 menit, brarti pilihan kedua naik mobil angkot nih meski kudu ganti 2 kali angkot ples becak sekali tapi lebih cepet dapet angkotnya.

Jam 14.10 sampe juga aku di tempat ngajarku, ke kantor buat absen lalu bergegas menuju kelas dan menikmati kegiatan mengajar dan bercanda dengan anak-anak sampe pukul 17.30. Selalu tak terasa waktu cepat berlalu ketika kita enjoy mengerjakan sesuatu yang kita sukai. Iya kan? Bergegas menuju kantor lagi buat absen pulang dan kali ini aku tak pake basa-basi dengan teman-teman karena pulang sendiri naik angkot saat petang identik dengan suasana sepi dan gelap di ujung gang menuju rumahku. Bukan hantu yang kutakuti (menurutku hantu kan bisa kita usir dengan doa-doa), tapi di ujung gang itu rawan penjambretan dan penodongan…hiiii…serem. Mana rumah-rumah di daerah situ penghuninya jarang keluar rumah, makin serem kan.

Add caption
Aku harus berjalan kaki menuju tempat pemberhentian angkot, karena trotoar di sepanjang jalan Mataram sudah beralih fungsi menjadi tempat berjualan para PKL maka dengan terpaksa aku berjalan di tepi jalan. Aku harus waspada, karena selain kendaraan kadang tak bertoleransi pejalan kaki, genangan air sehabis hujan juga berpotensi terciprat ke badanku kalo ada kendaraan yang tak sopan….

BYURRR….aarrgghhh….baru brenti berpikir sudah kena beneran deh. Untung celana panjang yang kukenakan berwarna hitam jadi tak akan nampak noda air genangan air yang kecoklatan itu. Mau marah-marah juga percuma, gak bakalan pengendara mobil itu paling-paling juga gak peduli. Lebih menjengkelkan lagi kudengar suara tawa yang riuh si pemilik warung di pinggir jalan itu. Gak sadar dia kalo caranya mencari tempat untuk mencari makan merugikan orang banyak. Mana kumuh-kumuh lagi tendanya…bikin kotor pemandangan dan menyengsarakan pejalan kaki. Sepanjang perjalanan pulang kunikmati dingin yang gatal di kakiku…iihhhhh….

No comments:

Post a Comment